Tuesday, October 13, 2015

Perkembangan Embrio (janin) di Dalam Al-Quran

Salah satu topik fenomenal yang dijadikan senjata ampuh oleh para simpatisan Islam dalam membela kebenaran Islam adalah masalah perkembangan janin di dalam kandungan. Dikatakan bahwa Al-Quran surat Al-Mu’minun ayat 12-14 sangat detail membahas mengenai masalah ini.

Misalnya dikatakan bahwa mula-mulai bayi berada dalam fase sperma yang dipancarkan (nutfah), kemudian masuk fase segumpal darah (alaqah), kemudian masuk fase segumpal daging (mughdah), kemudian terbentuknya tulang (fase kelima), kemudian fase ke enam adalah tulang tadi kemudian dibungkus oleh daging, dan yang terakhir adalah mengubahnya ke dalam bentuk yang lain.

Tulisan kali ini kembali ingin meluruskan kesalahan/dosa yang sering dilakukan oleh pemikir pemikir muslim tersebut. Kesalahan utama mereka adalah menggunakan sains sebagai alat tafsir Al-Quran dan mengesampingkan peran Hadits. Padahal jaman dahulu para pemikir bahkan sampai dipenggal lehernya lantaran mengatakan Al-Quran itu sebagai makhluk. Alam semesta dan prinsip kerjanya (hukum-hukum yang mendasarinya) di mata para ulama salaf adalah makhluk. Sementara Al-Quran mendahului itu semua (Qadim). Ilmuan muslim modern bukan hanya mengulang bidah tersebut, namun lebih jauh lagi yakni dengan mencoba membuang peran Hadits sebagai penafsir utama isi Al-Quran karena ketakjuban mereka terhadap sains.

Terdapat beberapa wawasan umum yang bisa diketahui pembaca untuk melihat persoalan ini secara lebih objektif (dan membuang kefanatikan yang ada di kepala pembaca). 

Pertama, dalam beberapa Hadits sudah disebutkan bahwa fase perkembangan janin di dalam kandungan itu masing-masing berlangsung selama 40 hari. Artinya fase mula-mula yakni fase sperma tadi berlangsung selama 40 hari.  Padahal nyatanya dalam pengetahuan modern fase sperma itu tidak lebih dari 7 hari. Demikian pula pada hari ke 80, bentuk janin itu sudah mulai ‘terdefinisi’ secara jelas, dan tidak bisa lagi bisa dikatakan sebagai segumpal darah.

Kedua,  pernyataan Al-Quran bahwa tulang mendahului daging sama sekali bertentangan dengan fakta yang diketahui dalam pengetahuan modern di mana yang terjadi adalah tulang dan daging (otot) itu berkembang secara bersamaan (bukan yang satu mendahului yang lain) dan berasal dari substansi yang sama yang dikenal sebagai mesoderm.

Ketiga, tidak ada peran sel telur di sini. Dikatakan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan semata-mata berasal dari sel sperma. Dan rahim hanya berperan sebagai penampung sperma tersebut. Tidak ada sebutan secara eksplisit bahwa sperma membuahi sel telur. Terdapat  usaha yang  sia-sia dalam menerjemahkan kalimat nutfa amsyaji sebagai air yang bercampur. Sementara terjemahan yang biasa digunakan untuk kata nutfah itu (yang bisa ditemukan pada ayat-ayat lain) adalah sperma (air mani).

Keempat, (dalam kaitannya dengan ayat Al-Quran yang lain) sperma itu bukan berasal dari tulang sulbi, tulang  rusuk, atau apalah istilahnya. Akan tetapi berasal dari testis. 

Soal kenapa Nabi Muhammad bisa memiliki pengetahuan tentang embriologi ini sebenarnya saya juga kurang begitu paham. Tapi kita bisa menggunakan beberapa analisis sejarah. Misalnya saja jauh sebelum Nabi Muhammad itu sudah terdapat beberapa pemikir-pemikir kuno yang merumuskan proses perkembangan janin ini. Dua di antaranya adalah Aristoteles dan Galen. Dan pemikiran-pemikiran mereka ini menyebar ke seantero mediterania termasuk di jazirah Arab. Dan budaya penyebaran informasi pada waktu itu yang hanya sebatas dari mulut ke mulut mengakibatkan apa yang sampai ke Nabi Muhammad hanya ringkasannya saja.

Referensi:
http://www.answering-islam.org/Quran/Science/embryo.html

No comments: