Tuesday, July 29, 2014

Bagaimana mendownload video dengan TOR browser

Dalam tulisan kali saya mencoba sedikit pengalaman saya yang mungkin berguna bagi majelis blogger sekalian. Yang saya maksud dengan pengalaman ini murni dengan niatan share of knowledge alias membagi pengetahuan (mudah-mudahan ejaan inggris saya benar). Jika nanti para majelis blogger sekalian melakukan tindakan yang melawan hukum akibat dari isi tulisan saya ini, maka saya katakan dengan tegas bahwa itu di luar tanggung jawab saya (put it in the context).  Karena teknologi itu ibarat pisau bermata dua: punya sisi baik dan punya sisi buruk.

Bahan-bahan yang perlu disiapkan sebagai bagian dari tutorial kali ini hanya dua macam, yakni TOR browser dan flash video downloader. Untuk saat ini saya tidak bisa menjelaskan secara rinci bagaimana mekanisme kerja dan detail implementasi dari kedua bahan tersebut, yang jelas secara garis besar saya bisa katakan kalo bahan yang pertama berfungsi untuk menghilangkan jejak kita dalam browsing di dunia maya sementara bahan yang kedua berguna untuk mengkonversi tayangan flash dari video di berbagai situs di internet menjadi alamat video tersebut pada komputer server (yang bisa di-download). Untuk bahan pertama, cara instalasinya sangat mudah, Anda download Tor browser bundle (di mana vidalia dan mozilla browser sudah terintegrasi---dalam hal ini yang ditampilkan pada bagian atas link yang saya berikan) dan install sebagaimana halnya Anda menginstall software yang lain. Kemudian untuk bahan yang kedua, Anda buka aja link tersebut dengan Tor browser (karena dia mozilla firefox hakikatnya) dan Anda tekan tombol download, yang dengan otomatis akan membuat Tor browser menginstall plugins seperti halnya bagaimana browser mozilla firefox menginstall plugins.  Jika majelis sekalian sudah memiliki kedua bahan tersebut maka yang saya lakukan kali ini adalah demo bagaimana memperlakukan keduanya untuk kepentingan majelis sekalian.

Pertama,  saudara buka halaman web yang mengandung video yang ingin saudara download, misalnya youtube dan langsung ke alamat video yang ingin didownload:


Kemudian Anda klik tombol panah warna biru, hingga muncul tampilan menu mengenai video yang akan di-download. Selanjutnya dalam menu tersebut letakkan mouse Anda pada satu link di bagian bawah dan biarkan beberapa saat hingga muncul menu  di sampingnya (seperti terlihat pada kotak kuning):


Kemudian pada menu yang ditampilkan tersebut klik "copy URL to keyboard". Kata orang barat the rest is hystory. Anda peste link tersebut pada "new tab" atau "new window" dari TOR browser. Dan  selanjutnya tinggal "save as" ke harddisk Anda.


Dan sebagai penutup, saya belum melakukan test apapun untuk mencari tahu pada kasus mana tutorial ini tidak bekerja.



Tuesday, July 15, 2014

Statistik Quick Count

"There are three kinds of falsehoods: lies, damned lies, and statistics." Benjamin Desraili
Kebenaran itu bukan ditentukan oleh siapa Anda, apa gelar Anda, seberapa cerdas Anda, tapi ditentukan oleh seberapa terbuka Anda untuk membuang kefanatikan di kepala Anda, lantaran terobsesi dengan seabrek pencapaian yang Anda miliki.
Sebuah kebenaran bisa dicapai melalui diskusi. Tapi yang aneh, tidak sedikit kita mendengar umpatan semisal, “gue itu doktor lulusan Harvard, lu siape?” yang hakikatnya pernyataan yang sangat takabur dalam menilai kemampuan orang lain dalam menggagaskan kebenaran. Bahkan seorang profesor hebat dalam matematika pun ketika dikatakan ada yang salah dengan tulisannya, biasanya dia langsung menanyakan salahnya di mana.
Jadi dalam tulisan ini, saya menyatakan saya bukan seorang ahli, saya hanya pencari kebenaran. Jika seorang men-self-declaration dirinya seorang ahli, berarti dia itu bukan ahli. Karena ada banyak celah yang bisa kita cari untuk menjungkirbalikkan pernyataannya tersebut.
Berbicara tentang quick count yang sekarang ini menjadi bahan olok-olokan di media, sebenarnya saya hanya mengajukan pertanyaan sederhana, yakni bagaimana bisa pernyataan yang didasarkan pada data dari sample sebuah populasi bisa mengganti data yang diperoleh dari keseluruhan populasi tersebut. Saya bahkan pernah baca sebuah handbook yang katanya mengatur tentang bagaimana membuat sebuah quick count walaupun kenyataannya di dalamnya tidak terdapat sebuah pun standar operasi (SOP) dalam statistik disebutkan. Sebuah kebenaran harus punya alur logika yang jelas. Dalam hal ini penarikan sampel ala quick count mestinya menyertakan argumen-argumen dasar tentang alasan kita untuk mempercayai kesimpulan yang dihasilkan melalui metode tersebut. Berbicara tentang statistik, sebenarnya saya juga bukan orang statistik, dan saya juga g pernah baca paper-paper tentang kelayakan penggunaan quick count dalam men-judge hasil pemilu sebuah negara. Tapi argumen fundamental saya berkenaan dengan pemilu Indonesia adalah senada dengan kalimat Desraili di atas, bagaimana kita bisa memastikan data dari 2 ribuan TPS bisa digunakan untuk menjudge data dari 500 ribuan TPS? Ingat 2/500 = 0.4 persen. Kecuali Anda orang dungu, Anda akan tahu seberapa kecil signifikansi nilai 0.4 persen terhadap kebenaran yang 100 persen. Saya g tau, apakah di Indonesia semuanya orang bodoh, tapi saya melihat bahwa quick count ini tidak lebih dari akal-akalan LSM-LSM global dalam mencari dana/duit.
Argumennya itu mana? Misalnya saja quick count diambil untuk 5 TPS dari 20 TPS di kampung saya. Dan pada akhirnya didapatkan dari 5 TPS tadi, pasangan X itu menang, maka apa dasar lembaga quick count untuk mengatakan kalo di 15 TPS yang lain si X tadi juga menang. Ingat lo, ini manusia yang punya pikiran yang complex, dalam satu keluarga aja orang beda plihan kok. Dalam satu Individu pun, hari ini bicaranya mau pilih X, nyatanya bisa jadi besok di TPS pilih Y (saya rasa Anda saksikan sendiri fenomena seperti ini), lantas bagaimana kita bisa menjudge-nya dengan begitu yakin? Bisa jadi yang terjadi adalah pembenaran lembaga quick count ini hanya didasarkan pada feeling saja: “ah, jangan-jangan si X memang menang di TPS yang lain.” Tapi kan feeling bukan fakta ilmiah. Untuk sampai pada tahap kebenaran yang mendekati 100 persen, makan argumen yang valid dan data yang melimpah harus tersedia dengan jelas.