Tuesday, December 12, 2017

Ibukota Israel Dan Revolusi Bar Koba

Dalam catatan sejarah telah disebutkan bahwa yang namanya sebuah negara itu pasti dihuni oleh sebuah bangsa  yang terikat secara kejiwaan dengan negara tersebut. Bagaimana proses panjang yang dilewati oleh bangsa Israel dalam mendiami dataran Palestina bisa dengan mudah kita jumpai dalam berbagai catatan sejarah baik yang terbukti melalui kajian ilmiah maupun yang sebatas pernyataan-pernyataan keagamaan yang dijumpai di berbagai kitab suci agama di dunia (mitologi).

Dalam agama Islam diketahui bahwa dari 25 nabi Allah yang dikirimkan wahyu, ternyata hampir semuanya berasal dari bangsa yahudi yang merupakan penduduk asli dataran Palestina. Kisah-kisah dalam agama nasrani pun ternyata semua bersumber dari kisah tanah Palestina. Bagaimana Yesus dilahirkan di Bethlehem dan kemudian disalib di seputaran Yerussalem (Golgatta). Yahudi sendiri sampai sekarang masih mengimani bahwa Yerussalem merupakan tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Semula mereka berada di Mesir dalam masa kekaisaran Firaun dijadikan budak dalam proyek-proyek pengerjaan bangunan-bangunan batu megah. Datanglah putra terbaik mereka Musa untuk membebaskan mereka menuju tanah Canaan yang pada saat itu didiami oleh beberapa suku bangsa Nomad.  Diawali oleh wabah yang datang berturut-turut yang kesemuanya menyerang Tuhan-tuhan bangsa Mesir akhirnya sampailah proses pembebasan itu dengan menenggelamkan Firaun dan pasukannya di laut merah. Musa kemudian bertemu dengan Tuhan di bukit Sinai dan diberikannya 10 perintah Tuhan yang oleh Musa dipahatkan di batu.

Setelah masa Musa ini kemudian bangsa Yahudi mengalami beberapa peristiwa sejarah penting yang menjadi penentu eksistensi mereka di tanah Palestina. Salah satunya adalah revolusi Bar Koba. Semula nama yang digunakan oleh penguasa pada waktu itu yakni kerajaan Romawi untuk menyebut daerah ini adalah Judea, namun kemudian karena adanya revolusi Bar Koba maka diganti menjadi Palestina. Jadi sebutan Palestina disini bukan asli ciptaan bangsa Arab, akan tetapi memang sejak jaman Romawi sudah digunakan. Sebelum-sebelumnya pun bangsa Yahudi pernah ditawan oleh kerajaan Babilonia sebelum akhirnya dibebaskan oleh Cyrus raja Persia. Raja persia tersebut kemudian memfasilitasi bangsa Yahudi untuk membangun kembali kuil mereka yang di kemudian hari disebut sebagai kuil Yahudi yang kedua (sebelumnya dinamakan sebagai kuil Sulaiman atau kuil yahudi yang pertama). Ketika Umar bin Khattab tiba di Palestina pada masa penaklukan, sebenarnya bangunan yang pertama kali dijumpainya di lokasi pendirian Masjid Al-Aqsa itu adalah bangunan yang dibangun oleh Cyrus ini. Jadi adalah sebuah ironi bahwa bangunan ini ternyata dibangun oleh seorang Majusi. Di kemudian hari khalifah-khalifah Islam yang berasal dari Bani Umayyah membuat beberapa mesjid di area ini, pertama adalah masjid kubah hijau, dan kemudian masjid kubah emas.

Dalam peristiwa Revolusi Bar Koba ini, Yahudi mengadakan pemberontakan kepada kesewenang-wenangan kerajaan Romawi di bawah pimpinan Simon Bar Khoba. Revolusi ini kemudian digagalkan oleh pasukan kerajaan Romawi dan hasilnya jutaan yahudi yang menghuni Judea pada waktu itu dibantai. Inilah yang kemudian memicu diaspora yahudi ke berbagai wilayah di luar Palestina antara lain ke Eropa, Afrika, Persia, dan berbagai daerah lainnya. Jadi memang tidak semua yahudi itu keluar Palestina, karena kita tahu sendiri di Palestina merupakan tempat kuil suci mereka, dan daerah ini merupakan tempat sakral bagi mereka (seorang yahudi dalam peribadatannya harus menghadap ke kota Yerussalem), namun sebagian besar komunitas yahudi khususnya Yahudi Rabinis itu berpindah ke luar Palestina.

Sisa sisa yahudi sebenarnya ada juga yang bertahan di Palestina yang mana kemudian hari sebagian memeluk agama lain semisal Kristen, Yahudi Messias (yahudi yang mempercayai Yesus sebagai Messias), atau yang mana kita jumpai pada 100 tahun yang lalu yakni 80 persen penduduk Palestina itu beragama Islam. Masalahnya adalah kendatipun bisa kita katakan bahwa penduduk arab Palestina itu mungkin saja masih keturunan Yahudi yang tersisa setelah revolusi Bar Koba itu, namun masih ada sisa-sisa yahudi orisinal yang bertahan dengan keyahudiannya yang berdiam di beberapa daerah lainnya di luar Palestina, dan ini yang menjadi masalah. Andaikan seluruh yahudi yang mendiami Palestina itu melakukan konversi ke Islam sehingga menjadi orang Arab,  ataupun menjadi Kristen tentu ceritanya menjadi lain.

Tak bisa kita pungkiri yahudi Ashkenazi itu juga yahudi baik ditinjau dari segi budaya, tampilan fisik, atau agamanya. Jika kita analogikan dengan kasus lain semisal bangsa Inggris yang mendiami kepulauan Britania. Memang penduduk asli kepulauan Britania itu hanya orang Celtic. Bangsa Angel, Saxon dan Jutes itu berasal dari Eropa dan kemudian bermigrasi ke situ. Demikian pula bangsa Norman yang berbahasa Perancis yang di kemudian hari membentuk 50 persen Bahasa Inggris. Namun itu tidak kemudian meniadakan hak penduduk Celtic untuk mendiami Kepulauan Britania. Tidak bisa dipungkiri bahwa Israel sendiri sebagai negara tidak mempermasalahkan warga Arab untuk berdiam di negara Israel (terdapat beberapa kota untuk komunitas Arab di Israel). Namun yang menjadi masalah adalah apakah bisa komunitas arab bersikap serupa, yakni membiarkan orang yahudi untuk berdiam di beberapa negara Arab yang begitu luas tanpa perlu terancam jiwanya?

Bukan soal berapa ratus tahun orang Arab mendiami Palestina, tapi soal bagaimana nasib keturunan pejuang-pejuang yahudi yang terusir dari sana ketika Revolusi Bar Koba meletus. Apakah mereka tidak punya hak lagi dengan tanah itu, sementara di daerah lain terbentang luas tanah bagi orang arab.  Sementara arab sendiri posisinya adalah para penakluk yang merebut tanah Palestina dari tangan bangsa lain, yang dalam hal ini adalah Romawi.  Sama saja kasusnya dengan Batavia yang ratusan tahun dihuni oleh Belanda,  di mana banyak tembok-tembok didirikan untuk menunjang keperluan Belanda, toh di kemudian hari juga menjadi milik warga pribumi NKRI. Andaikan tidak ada pembantaian yang dilakukan oleh Romawi terhadap pemberontak yahudi dalam revolusi Bar Koba, atau andaikan tidak ada ekspansi Islam ke wilayah Palestina, tentu wilayah tersebut masih menjadi rumah bagi bangsa yahudi tanpa perlu bermigrasi ke daerah-daerah lain.

Adalah sebuah kesalahan jika ada yang bilang bahwa yahudi sudah lama meninggalkan tanah Palestina dan melupakannya. Memang tanah Palestina sempat lengang ketika masa penaklukan Islam, karena daerah seputar Yerussalem merupakan daerah yang tidak memiliki potensi secara ekonomi. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa pada masa nabi Muhammad pun  daerah ini masih memiliki peran penting di mata bangsa Yahudi. Kitab perjanjian lama sama sekali tidak berubah bahkan di masa Nabi Muhammad. Di dalamnya disebutkan pentingnya kota kota tertentu bagi bangsa Yahudi. Tentu orang Kristen  tidak mungkin lupa di mana letak kota Bethlehem dan Golgotta. Dan  orang yahudi yang mendiami Mesir yang mana Umar bin Khattab harus mengirimkan tulang unta karena rumahnya akan digusur, atau Yahudi Bani Quraizah yang diperangi oleh Nabi Muhammad pada perang Khandaq pasti hapal benar di mana letak kota Yerussalem yang disebutkan di kitab suci mereka. Adalah sebuah tradisi suci bagi seorang Yahudi untuk menziarahi kota Yerussalem sebagaimana pentingnya umat Kristen untuk menziarahi kota Bethlehem.

Seratus tahun yang lalu Palestina dikuasai oleh kerajaan Turki Usmani yang beragama Islam. Namun sayang si orang sakit dari Eropa ini harus kalah total dalam perang dunia pertama. Jangankan mempertahankan Palestina hingga tetes darah penghabisan sebagaimana perintah Khalifah terakhir, daerah Anatolia saja harus susah payah mereka rebut kembali dari milisi Yunani dan Armenia yang sakit hati dijajah selama 400 tahun. Turki sebelumnya pun sudah sakit-sakitan kehilangan wilayah karena kalah bertempur dengan Rusia dan Bulgaria. Daerah mereka yang dulunya begitu luas di semenanjung Balkan, harus dilepaskan hingga tinggal secuil. Bukan tanpa alasan jika Kemal Attaturk meninggalkan pos pertahanan di Palestina, karena memang pada saat itu Turki sudah kalah sekalah-kalahnya. Kemal balik ke Istambul yang saat itu dibanjiri oleh pasukan Perancis dengan perasaan kesal diputuskannya untuk meniadakan Khilafah untuk selama-lamanya.

Di kemudian hari daerah Palestina menjadi rampasan perang (Ghanimah) bagi Inggris dan Perancis. Sementara Ibnu Saud sudah sampai pada puncak kemuakannya dengan bangsa Turki yang di matanya lebih rendah dibandingkan bangsa Arab yang dipilih langsung oleh Allah untuk diturunkan kitab suci. Perancis menguasai Syiria, Lebanon, dan Mesir, sementara Inggris menguasai Palestina dan Jordania. Oleh  Inggris daerah Palestina diberikan buat yahudi yang sudah lama menantikan tanah yang dijanjikan tersebut terbebas dari penguasa Islam. Yahudi yang sebagian sudah bercampur baur dengan bangsa Eropa (seperti kisah Angels, Saxon, dan Jutes yang bercampur baur dengan Norman) kemudian harus melakukan upaya-upaya tidak manusiawi terhadap penduduk yang turun temurun mendiami daerah tersebut. Tujuannya cuma satu, yakni untuk menormalisasi komposisi penduduk. Tidak mungkin mendirikan negara bagi bangsa Yahudi sementara populasinya sebagian besar masyarakat Arab.

No comments: