Saturday, December 9, 2017

Catatan Hasil Seleksi Kompetensi Bidang CPNS Periode II Untuk Badan Meteorologi dan Geofisika Tahun 2017

Akhirnya keluar juga pengumuman seleksi CPNS periode kedua tahun 2017. Dan ternyata saya belum beruntung. Dan untuk menjadi seorang yang berhasil maka anda siap siap gagal.

Dalam tulisan ini saya hanya sekedar membagi beberapa pengalaman yang mungkin bisa berguna bagi pembaca sekalian jika nanti dihadapkan pada situasi serupa: yakni menjadi peserta test CPNS untuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Seperti biasa dalam seleksi CPNS itu ada dua tahap yang harus dilewati sebelum Anda bisa terangkat sebagai PNS yakni tahap pertama adalah Seleksi Kompetensi Dasar (SKD) dan tahap kedua adalah Seleksi Kompetensi Bidang (SKB).

SKD diadakan secara nasional dengan sistem komputerisasi, sementara SKB diadakan secara manual di mana 3 peserta teratas akan diadakan tes tertulis berupa tes psikologi dan disertai dengan wawancara dengan pewawancara dari panitia pusat BMKG.
Seperti biasa dalam seleksi SKD Anda dihadapkan pada komputer dan disuruh menyelesaikan soal sebanyak 100 nomor selama 90 menit. Tahap ini kemungkinan yang tesulit dari keseluruhan tahap seleksi dan tahap inilah yang paling menuntut persiapan yang paling maksimal. Karena Anda dihadapkan pada beberapa pertanyaan yang membutuhkan konsentrasi pikiran dan wawasan yang luas. Salah satunya kebutuhan adalah Anda harus hapal UUD 45 (keseluruhannya) serta UU yang dikeluarkan dalam tiap rapat tahunan DPR sejak Indonesia merdeka sampai saat ini (kalo Anda ingin perfect score). Di samping itu Anda juga harus hapal wawasan-wawasan umum lain seputar kebangsaan, misalnya tata bahasa Indonesia: contoh majas metafora, alegori, penempatan tanda baca, bentuk-bentuk kalimat baku, pasif, aktif, efektif dan sejenisnya.

Seleksi Kompetensi; Bidang sedikit berbeda karena dalam sudut pandang saya test ini agak "ecek-ecek" dalam artian tidak seserius test SKD. Tapi buat bocoran siapa tahu Anda tertarik menjadi CPNS di BMKG maka saya berikan sedikit panduan, bahwa untuk kasus saya kemarin testnya itu ada tiga tahap, yakni test psikologi berupa test PAPI & dan kraepelin test (keduanya berbobot 25 persen), yang kedua adalah wawancara (bobot 25 persen), dan yang ketiga adalah performance test (bobot 50 persen).

Khusus performance test saya kasih bocorannya bahwa test ini hanya berupa test essay yang terdiri dari 4 nomor. Dan tingkat kesulitannya menurut pengamatan objektif saya sangat-sangat mudah jika Anda benar-benar punya persiapan (sayang saya ga punya banyak persiapan kemarin karena soalnya juga ga ketebak bakal seperti apa, hanya dikatakan di pengumumannya bahwa performance test ini berupa test praktek). Soalnya berupa pertanyaan mengenai penurunan persamaan Gelombang S dan P, kemudian mencari nilai kecepatan gelombang S dan P jika parameter-parameter lain diberikan. Kemudian 2 nomor lain juga berisi soal tentang masalah kegempaan atau teori seismik (maaf saya lupa foto lembar soalnya). Intinya Anda pelajari saja teori seismik, maka akan mendapat nilai tertinggi untuk performance test dan ini menyumbang 50 persen untuk total penilaian.

Soal test psikologi berupa test PAPI dan kraeplin saya yakin pembaca bisa mencari referensi terkait di internet tentang bagaimana bisa mencapai hasil maksimal dalam test ini. Test Kraeplin (biasa dikenal dengan hitung koran) mungkin berkaitan dengan kecepatan menghitung, dan ini juga cukup menentukan jadi kalo bisa Anda mengerjakannya secepat mungkin dan sebanyak mungkin. Karena ternyata untuk saya pribadi justru test ini yang "mungkin" jadi penentu kelulusan. Sementara test lain yakni wawancara kurang begitu memberikan perbedaan yang signifikan bagi nilai akhir, tapi kurang tahulah esensinya, bisa jadi ini yang jadi patokan bagi seorang atasan untuk menilai mana yang cocok untuk jadi bawahannya.

Yang perlu diketahui, bahwa pelaksanaan SKB ini nilainya behind the scene (tidak transparan bagaimana penilaiannya). Anda hanya diberitahukan hasil akhir penilaian skor Anda berapa tanpa dijelaskan kenapa skor Anda hingga dapat seperti itu. Jadi yang bisa Anda lakukan untuk menyikapi hasil SKB itu adalah imani aja bahwa itu adalah hasil terbaik yang mereka berikan kepada Anda, karena dalam sebuah kompetisi pasti ada yang menang dan ada yang kalah (semua juga mau kok).

Saya sendiri kurang begitu meyakini soal kredibilitas penilaian SKB ini, karena terdapat beberapa keganjalan di mata saya yang bisa saya ringkas di poin-poin berikut ini:

1. Ada beberapa peserta yang memiliki nilai yang sama untuk satu tahapan test. Misalnya untuk tahapan test psikologi (dengan bobot 25 persen) itu nilai saya 17.647, dan entah kenapa ada banyak peserta peserta lain yang saya temukan memiliki nilai yang sama dengan saya untuk kategori test yang sama (test tahap 1)


Nah pada gambar di atas nampak bahwa untuk tahap SKB 1 nilai saya itu 17.647 sama dengan nilai orang yang berada di atas saya. Dan ternyata nilai 17.647 bukan cuma satu kali saja muncul dalam dokumen yang sama yang dikeluarkan oleh BMKG ada beberapa peserta lainnya mendapatkan nilai serupa, perhatikan gambar-gambar berikut:



Pada gambar berikut nilai 17.647 juga muncul, tapi yang mengherankan bukannya nilai ini yang muncul lebih dari satu, tapi justru nilai yang diatasnya yakni 41.176


Namun ternyata ada juga peserta yang lolos dengan nilai 17.647 ini.


Nilai 17.647 ternyata bukan saja lolos di nilai awal tapi juga pas setelah nilai tersebut dikasih bobot 25 persen. Perhatikan peserta di gambar berikut ini, di mana nilai aslinya 70.588 namun setelah dibobot memberikan nilai 17.647 (kayak telur paskah aja nih.. :D )

Artinya saya kurang begitu memahami bagaimana prosedur penilaian test Kraeplin dan test PAPI, namun di mata saya adalah sebuah kebetulan yang luar biasa jika dua saja peserta memberikan nilai akhir yang sama untuk kedua test tersebut. Apalagi jika pesertanya ada 9 yang memiliki nilai yang sama, maka tentu adalah sebuah kebetulan yang luar luar luar biasa. 

Mungkin saja ini merupakan nilai default bagi peserta yang menjawab pertanyaan di bawah nilai ambang, jadi ketimbang nol taruh aja 17.647 tapi ternyata masih ada juga peserta yang memiliki nilai yang lebih kecil dari nilai ini. 


Bisa saja hal ini dikarenakan bug pada software pengolah data yang dimiliki BMKG atau BKN, tapi saya juga ga bisa memastikan karena tentu itu diluar kapasitas saya. 

2. Ada Beberapa peserta yang ternyata bisa ujian di dua tempat yang berbeda. Ini adalah hal yang menarik karena berbeda dengan apa yang saya harapkan ketika mendaftar di situs SSCN, yang mana dibatasi bahwa peserta hanya boleh ujian di satu tempat saja yang dipilih, ternyata pada kenyatannya terdapat beberapa peserta yang entah bagaimana prosedurnya bisa ujian di dua lokasi yang berbeda. Dalam artian ujian SKD di satu tempat dan ujian SKB di tempat yang lain. Contoh pertama adalah peserta Anindito Leksono. Untuk ujian SKD beliau ini ujian di Jakarta, namun untuk ujian SKB beliau ujian di Makassar. Saya kurang tahu kenapa sampai demikian padahal  saingannya untuk formasi yang sama yakni stasiun BMKG di bitung Manado konsisten ujian di tempat yang sama yakni di Jakarta dengan Rohma Desi Thirtasari. Perhatikan gambar-gambar berikut: 



Di mana untuk ujian SKD beliau ujian di Jakarta namun untuk ujian SKB beliau ujian di Makassar. Ada juga peserta lain yang memiliki situasi yang sama dan kebetulan formasi yang diambil di tempat yang sama yakni stasiun BMKG Bitung Manado, namanya Meiske Marani. Dia ini ujian SKD Di Makassar namun diberi tempat untuk ujian SKB di Jakarta, bertukar posisi dengan Anindito Leksono untuk formasi yang sama yakni stasiun BMKG Bitung. 




3. Terdapat beberapa peserta yang tidak memenuhi passing grade namun lolos SKB dan kemudian terpilih sebagai peserta yang lulus CPNS. Contoh  Rif'at Darajat, 




Saya jadi penasaran dengan patokan yang dijadikan oleh BMKG untuk meloloskan seseorang ke test SKB itu apa, sehingga seorang peserta yang tidak lulus SKD bisa menyaingi peserta yang lolos SKD dengan nilai cukup tinggi. Demikian peserta Saefuddin Maksum yang hanya memiliki nilai TIU 45 juga ujung ujungnya lolos CPNS




4. Kesamaan-kesamaan nilai lainnya. Sebenarnya bukan cuma nilai 17.647 tadi yang menjadi telur paskah pada pengumuman kelulusan kali ini masih banyak nilai lainnya yang ternyata muncul berulang kali pada pengumumannya. Contoh nilai 23.529 yang muncul hingga 18 kali. 


Nilai 29.412 yang muncul hingga 22 kali. 


Kesannya nilai yang diisikan untuk skor SKB untuk psikotes ini sudah ditentukan dari awal dan diambil dari sebuah pool nilai. Yang jadi masalah kenapa terdapat perbedaan yang signifikan antara peserta yang satu dengan peserta lain sehingga menjadi penentu signifikan bagi kelulusan?  Hal ini cukup berbeda dengan nilai yang diperoleh dari SKB 3 (performance test) di mana nilai yan diperoleh tiap peserta lebih variatif. Dalam artian setiap peserta cenderung memiliki nilai yang unik. 

5. Peserta yang mendapatkan nilai performance test (SKB 3) 100. Masalahnya adalah si peserta ini sebenarnya hampir tidak lulus SKD karena nilainya pas-pas nilai passing grade. Perhatikan gambar berikut:


Jadi nilai SKD yang cuma 316 mampu menyelesaikan seluruh soal yang 4 nomor yang saya singgung di paragraf di atas. Bandingkan dengan nilai saya, yang bisa menyelesaikan SKD dengan skor 367 namun hanya mendapatkan nilai SKB 3 sebesar 10 yang artinya hampir semua soal yang saya kerjakan itu non-sense. Mungkin ini  ada kaitannya dengan hadits Nabi, Allah itu indah dan menyukai keindahan.

Masih banyak sebenarnya yang ingin saya bahas dalam tulisan kali ini, namun berhubung ada hal lain yang perlu saya kerjakan nanti saya akan bahas di postingan selanjutnya. Kesan yang saya peroleh ya.. agak aneh aja bahwa test yang memakan biaya tersebut bisa menimbulkan banyak keganjalan dan kelucuan yang menimbulkan kesan kacangan (baca: tidak profesional) bagi para panitia test. Ya.. sekalian aja tunjuk langsung biar ga bikin buang-buang biaya bagi peserta lainnya yang mengikutinya. Mungkin saja ini bagian dari slogan nasional untuk mencintai produk-produk Indonesia yakni. Dalam kasus ini maskapai penerbangan nasional (lion air dan Garuda Indonesia).

Bersambung.

No comments: