Pembuktian yang biasa diajarkan di sekolah-sekolah kita itu seperti ini (pembuktian dengan kontradiksi):
1. Asumsikan bahwa √2 adalah bilangan rasional sehingga terdapat dua bilangan yang rasionya adalah √2.
2. Jika kedua buah bilangan ini masih memiliki faktor persekutuan selain 1 maka faktor persekutuan itu dapat saling dihilangkan. Misalkan 64 itu bisa ditulis saja menjadi 32.
3. Dengan demikian √2 dapat ditulis sebagai fraksi ab dengan a dan b bilangan bulat yang saling prima (tidak memiliki faktor persekutuan selain 1).
4. Akibatnya a2b2=2 dan a2=2b2
5. Dengan demikian a2 adalah genap, karena merupakan hasil perkalian antara sebuah bilangan dengan 2.
6. Kemudian a juga genap, karena jika bilangan ganjil dipangkatkan hasilnya tetap ganjil.
7. Karena a genap, maka terdapat sebuah bilangan bulat k yang memenuhi a=2k.
8. Dengan memasukkan nilai k dari langkah 7 ke dalam langkah 4 maka diperoleh: 2b2=(2k)2 yang artinya 2b2=4k2 sehingga b2=2k2.
9. Karena 2k2 merupakan hasil perkalian dengan 2 sehingga genap sementara 2k2=b2 maka b2 sendiri juga genap, yang akibatnya b juga genap (seperti sudah disebutkan pada langkah 6).
10. Dari langkah 5 dan langkah 8 diperoleh fakta bahwa a dan b genap yang mana bertentangan dengan asumsi yang ditegaskan pada langkah 3 yakni a dan b dikatakan saling prima.
Jadi ini menimbulkan kontradiksi sehingga dengan demikian asumsi mula-mula bahwa ab rasional pasti salah.
Selanjutnya timbul pertanyaan di kepala David J. Griffith, yakni kenapa diharuskan bahwa a dan b harus saling prima. 64 sama saja rasional nya dengan 32, adanya faktor persekutuan di situ sama sekali tidak mengurangi status bilangan 64 menjadi bukan rasional. Dan lucunya apa yang coba ditunjukkan dengan "begitu halus" dalam pembuktian ini adalah status faktor persekutuan ini. Jika saya katakan bahwa saya ingin bilangan yang jadi pemisalan ini (a dan b) masih memiliki faktor persekutuan kan tetap saja itu tidak menyalahi asumsi kita bahwa kedua bilangan tersebut rasional. Ngapain harus dipaksakan bahwa faktor persekutuannya harus dihilangkan? Iya... biar bisa jadi kontradiksi, hehehe!
Pembuktian Dengan Penurunan Tak Berhingga (Infinite Descent)
Euclid punya sebuah cara yang cukup cantik dalam membuktikan irasionalitas bilangan √2 ini yang tentunya tidak menimbulkan syak wasangka halus di benak kita---Tapi itupun masih belum pasti apakah benar Euclid yang pertama menuliskan pembuktian ini. Pembuktiannya begini
Asumsikan bahwa √2 adalah bilangan rasional sehingga bisa dinyatakan sebagai √2=pq
dengan p dan q adalah bilangan asli. Jika dipangkatkan akan menghasilkan
2=p2q2⇒2q2=p2
Sehingga berdasarkan cara yang sama dengan sebelumnya p2 adalah genap, demikian pula dengan p. Jadi p bisa dinyatakan sebagai p=2r dengan r sebuah bilangan bulat positif. Akan tetapi
2q2=(2r)2=4r2⇒q2=2r2
Yang artinya q2 pun juga genap, demikian pula q. Sehingga q dapat dinyatakan sebagai q=2s dengan s sebuah bilangan bulat positif.
Ini memberikan pq=2r2s=rs
Artinya jika √2 bisa dinyatakan sebagai bilangan rasional dalam bentuk rasio dua bilangan asli p dan q maka akan terdapat bilangan asli berikutnya yakni r dan s dengan r<p dan s<q yang sama dengan √2 dan prosedur ini bisa diulang seterusnya hingga diperoleh bilangan asli berikutnya (misalnya v<r dan w<s) yang nilainya lebih kecil lagi dan lebih kecil lagi, hingga tanpa batas. Ini tentu menimbulkan kontradiksi karena ada batas bawah untuk bilangan asli yakni 0.